30 Desember 2011

RUNTUHNYA MORAL PADA SENDI HUKUM


RUNTUHNYA MORAL PADA SENDI HUKUM
Terbayangkah jika Negara Indonesia tanpa hukum?, hal tersebut bukanlah hal yang mustahil jka  kita melihat kenyataan beberapa kasus hukum yang ada, sejatinya Indonesia adalah Negara hukum seperti dalam UUD 1945 pada Pasal 1 ayat (3), hal ini seharusnya menjadi posisi penting dan tertinggi pada Negara kita, namun kenyataanya sangtlah jauh dari harapan yang sudah jelas termaktup pada undang udang dasar kita, semakin terpuruknya hukum kita dpat dirasakan bahwa konstitusi kita bukanlah hal yang pada kenyataanya dapat dihargai para penegak hukum
             keadaan lemahnya hukum ini bukanlah satu-satunya kesalahan yang ada pada sendi hukum itu sendiri, hukum itu digerakkan dan dibuat bukan berdiri sendiri, oleh karna itu dengan keadaan yang wajar manusialah yang menjadi penentu akan sebuah kebijakan yang dibuat sendiri bagi terbentunya sebuah Negara yang semestinya dimata dunia, hal ini jelas problematis ketika melihat hukum yang dibuat namun kenyataanya hukum pula yang disalahkan lemah dan kurang mampu bergerak bagi kemajuan dan kepentingan Negara Indonesia ini.

01 November 2011

Rakyatku Negaraku


                     Rakyatku Negaraku
Inilah kenyataan sebuah negara “berkembang”, ketika suatu golongan mampu bertambah kaya dan makmur, namun sebaliknya golongan tidak mampu makin terpuruk dan miskin, kenyataan ini diamini oleh semua warga dunia, namun hal itulah yang ditunggu, bahwa “Indonesia termasuk negara berkembang”. Namun hal itu jelas salah satu teori “Negara berkembang” itu mematikan pikiran manusia yang justru membuat manusia makin sewenang-wenang dalam bertindak dan bangga dengan tercapainya teori “salah” tersebut, maka wajar jika bangsa Indonesia jika dilihat dari sudut atas yang kaya makin “rakus” dengan kekuasaan, dan tidak sedikit pula kemiskinan meraja lela, hal ini menggambarkan bahwa para penguasa, pejabat dan para pemilik lain justru makin memonopoli tempat dari berbagai arah demi menunjukkan bahwa “kita tidak kalah dengan globalisasi” maka yang menjadi hancur dan korban adalah rakyat kelas bawah yang makin banyak.
Kesalahan ini dapat dilihat dari:
a)      Pola pikir manusia, hal ini tentu menjadi alat penggerak, yang mana ketika seseorang berfikir “A” maka kecenderungan untuk mengikuti apa yang difikirkannya, dalam hal ini ada 2 arah, yaitu :
-          Pola pikir semangat untuk kaya dengan berbagai cara yang membuat dia berhasil atau justru
-          Pola pikir pasrah untuk mengikuti saja keadaan yang ada (miskin), dan menjadi makin terpuruk.
b)      Kedudukan. Dalam hal ini yang dimaksud kedudukan adalah para pemerintah, dewan, pengusaha, dll. Jika kedudukan diatas  maka jelas dia menjadi pengatur apa yang diinginkan, maka kedudukan ini cenderung membuat orang melakukan sesuatu untuk mengejar apa yang diinginkan.
c)      Ketidak disiplin ilmu
Ketidak disiplin ilmu ini membuat orang dengan amanah, janji, jabatan, tugas, dan lebih pada penyalahgunaan wewenang, maka ilmu yang tidak disiplin cenderung disalah tempatkan dalam aplikasinya.
d)     Nilai agama yang transparan, artinya transparan disini tipis, tidak terlihat apa lagi sampai tersentuh, maka jika agamanya saja dirasa tidak ada bagaimana menerapkan yang baik, maka yang terjadi adalah melakukan segala hal dengan dihalalkan caranya tanpa belas kasihan apalagi mau peduli dengan keadaan orang lain.
Perlunya solusi kreatif dan tegas dalam memberantas hal tersebut diatas, diantaranya:
a)      Antara Nurani dan Agama
Kedua kata tersebut dirasa mampu untuk melakukan suatu perubahan, karena agama adalah segala ajaran yang benar dengan kepastian hukum yang diakui kebenarannya, maka tidak ada ilmu sebaik agama yang harus diimplementasikan, agama bukan teori yang dipercobakan baik tidaknya, tapi sesuatu yang pasti.
Maka Nurani adalah penguat, dalam menjalankan agama tidak “asal menjalankan” saja, tapi perlu hati nurani yang penting dalam menyentuh setiap gerakan yang dilakukan apakah bermanfaat dan bijaksana atau bahkan sebaliknya perilaku yang menyakitkan dan merugikan.
b)      Disiplin Ilmu
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kefahaman dalam menjalankan tugas yang telah diberikan, maksudnya adalah ketika seseorang yang faham dengan apa yang diamanahkan dan telah didapatklan dalam ilmu maka seharusnya tanpa kata ”tapi dan lasan” apapun diwajibkan bagi insan yang mempunyai dan telah mendapatkan ilmu dan teori yang baik itu diterapkan agar sesuai dan berjalan dengan semestinya yang diwacanakan selama ini.
Oleh karena itu pemerintah adalah orang yang paling bertanggung jawab bukan hanya pada pemimpin diatasnya, bertanggung jawab pada Tuhan, jabatan, ilmu, rakyat, dan diri sendiri, maka diharapkan masyarakat Indonesia bukan menjadi orang yang “gagal” hanya karena mengulang dan mengulang dengan kesalahan yang sama, sudah saatnya ada perubahan dengan itikad dan semangat yang kuat untuk berani melawan pemilik modal, para koruptor, penguasa “rakus”, dan para pembuat kerusakan lain, demi mengejar keberhasilan yang dicintai oleh Tuhan, sahabat, masyarakat, dunia, dan keluarga dengan kebanggaan tersendiri demi meraih nikmat yang kekal yaitu surga dengan kesakitan dan kepayahan adalah cobaan yang harus dilalui dengan baik dan dinyatakan sukses oleh-Nya.


10 April 2011

Demokrasi yang Kian Menipis


                            Demokrasi yang Kian Menipis

“Tahun ini adalah tahun politik,dan tahun depan adalah tahun pemilu”, itulah perkatan Presiden SBY pada saat menanggapi demonstrasi kenaikan BBM pada beberapa hari yang lalu di seluruh stasiun Televisi. mungkin hal ini dapat dibenarkan, melihat beberapa petinggi yang mulai menunjukan kemampuannya pada masyarakat terkait dengan pemilu yang akan berjalan pada tahun depan.
               Hal ini jelas dirasa mampu menarik perhataian masyarakat melihat keadaaan ekonomi Negara yang kian menurun ditambah lagi keadaan ekonomi adalah salah satu tujuan dan masalah pokok masyarakat, maka sangat wajar jika para calon pemimpin kita pada tahun mendatang lebih menekankan perhatiannya pada ekonomi. hal ini dapat dilihat dari berbagai iklan TV, pamflet ,radio, dan alat elektronik lainya.
               Pada dasaranya hal yang ditampilkan bukanlah suatu pelarangan namun dinilai salah, dengan alasan suatu” kebohangan publik “ yang mana segala hal yang dilakukan dirasa hanya semu, ketika para calon hanya menampilakan luarnya saja, dan belum dapat memperlihatakan kapabilitas yang semestinya.
               Kebebasan rakyat dinilai terpaksa karna hanya melihat dari apa yang dilakukan pada saat itu saja, padalah berbagai pertanyaan itu muncul seperti, Kenapa yang dilakaukan hanya pada saat menjelang pemilu saja?, Apakah sebelum dan nanatinya jika terpilih sang calon akan tetap melakaukan hal yang sama?, hal ini jelas tidak akan mungkin dapat dijawab selama yang dilakukan adalah hanya untuk menarik simpati rakyat pada saat terntu saja, dan yang menjadi perhatian adalah ketika yang membuat iklan distasiun tv hanylah orang yang berduit saja, lalu bagaimana dengan calon yang kebaikannya hanya dapat dinilai dan dilihat oleh sebagain orang dan daerah saja, jelas bukan hal ini yang diingainkan.                   Kini pemilihan kita meskipun langsung oleh rakyat yang dinamakan demokrasi, tapi pada substansinya demokrasi itu mulai dihargai dengan nilai yang salah, jika sang salon saja ditampilakan lewat media yang cukup menguras kantong,       maka para calon hanya terfokus untuk mencari perhatain dengan melakukan berbagai kegiatan demi mendapatkan sesuatu yang disebut”suara”, para pemimpin kita mungkin lupa atau sengaja melupakan bahwa demokrasi yang diingainkan adalah lewat hati yang menilai dengan ketulusan yang disesuaikan dengan kapabilitas yang semestinya.
   Jika hal ini terus dilakukan tanpa adanya suatu kesadaran,maka wajar jika yang terjadi adalah kekecewaan yang terus-menerus dan berkelanjuatan, maka butuhnya suatu kepemimpinan yang nyata dan tulus demi mengejar suatu kejayaan Indonesia ditahuan kemudian, jika selamanya para calon pemimpian kita hanya melakukan kebohanagan maka adalah wajar kepunahan dan hawa nafsu menjadi malapetaka. komersialisasi yang terjadi oleh beberapa kalangan lewat mediamasa memang penting jika beber-benar diikuti oleh suatu kenyataan yang dirasakan oleh orang banyak secara berkelanjutan, maka hal ini sangat diharapak untuk ditiru oleh banyak kalanagn demi kebahagian rakyat.


06 Januari 2011

blog yg mati suri



yogya, jumat 7 januari 2011 (00.05)



ini adalah tulisan pertamaku yg sebenarnya,blog ini awalnya mati suri selma kurang lebih 2 tahun,blog inipun bukan aku yg buat,krn aku tak terlalu mahir maslah ini,akhirnya aku minta seorang teman bantu membuatkan,sekitar sejam yang lalu saya membaca sebuah blog dari tulisan teman yang cukup jujur atas tulisannya, sebenrnya sudah lama saya ingin mengaktifkan dan memberanikan diri untuk menulis layaknya teman2 yang lai,namun lagi lagi keterbatasan juga yang membuatku menunda smuanya,akhirnya malam ini aku membuka blog yang sudah lama tak kusentuh ini,ketika aku membukanya yang terjadi sesuai dugaanku,yaitu aku lupa paswordnya,akhirnya aku mencoba lagi dari awal yaitu settingan lupa pasword,,,ah da da ja malam pertama menulis ini,syukurlah tak butuh waktu lama agar aku bisa memulai semuanya,aku mulai memperbaiki bagian2 yang dirasa perlu untuk mempercantik blog ini,dan kini,,,walahhhhh akhirnya jadi juga blogku,,,,hmmmm,,,senengnya,,,,,dasar gapteknya aku...hhuhuhuhuuuu.....smoga dgn hadirnya blog mati suri ini aku bener2 mewujudkan keinginan terpendamku agar bisa memulai menulis sebaris demi sebaris.....buat temen2,,slamat bergabung dan trimakasih..mohon kritikan dan masukannya yuaaa......salam My***