Demokrasi
yang Kian Menipis
“Tahun ini adalah tahun politik,dan
tahun depan adalah tahun pemilu”, itulah perkatan Presiden SBY pada saat
menanggapi demonstrasi kenaikan BBM pada beberapa hari yang lalu di seluruh stasiun
Televisi. mungkin hal ini dapat dibenarkan, melihat beberapa petinggi yang mulai
menunjukan kemampuannya pada masyarakat terkait dengan pemilu yang akan
berjalan pada tahun depan.
Hal ini jelas dirasa mampu menarik
perhataian masyarakat melihat keadaaan ekonomi Negara yang kian menurun
ditambah lagi keadaan ekonomi adalah salah satu tujuan dan masalah pokok masyarakat,
maka sangat wajar jika para calon pemimpin kita pada tahun mendatang lebih
menekankan perhatiannya pada ekonomi. hal ini dapat dilihat dari berbagai iklan
TV, pamflet ,radio, dan alat elektronik lainya.
Pada dasaranya hal yang ditampilkan
bukanlah suatu pelarangan namun dinilai salah, dengan alasan suatu” kebohangan
publik “ yang mana segala hal yang dilakukan dirasa hanya semu, ketika para
calon hanya menampilakan luarnya saja, dan belum dapat memperlihatakan
kapabilitas yang semestinya.
Kebebasan rakyat dinilai terpaksa
karna hanya melihat dari apa yang dilakukan pada saat itu saja, padalah
berbagai pertanyaan itu muncul seperti, Kenapa yang dilakaukan hanya pada saat menjelang
pemilu saja?, Apakah sebelum dan nanatinya jika terpilih sang calon akan tetap
melakaukan hal yang sama?, hal ini jelas tidak akan mungkin dapat dijawab selama
yang dilakukan adalah hanya untuk menarik simpati rakyat pada saat terntu saja,
dan yang menjadi perhatian adalah ketika yang membuat iklan distasiun tv
hanylah orang yang berduit saja, lalu bagaimana dengan calon yang kebaikannya
hanya dapat dinilai dan dilihat oleh sebagain orang dan daerah saja, jelas
bukan hal ini yang diingainkan. Kini pemilihan kita meskipun
langsung oleh rakyat yang dinamakan demokrasi, tapi pada substansinya demokrasi
itu mulai dihargai dengan nilai yang salah, jika sang salon saja ditampilakan
lewat media yang cukup menguras kantong, maka
para calon hanya terfokus untuk mencari perhatain dengan melakukan berbagai
kegiatan demi mendapatkan sesuatu yang disebut”suara”, para pemimpin kita
mungkin lupa atau sengaja melupakan bahwa demokrasi yang diingainkan adalah
lewat hati yang menilai dengan ketulusan yang disesuaikan dengan kapabilitas
yang semestinya.
Jika hal ini
terus dilakukan tanpa adanya suatu kesadaran,maka wajar jika yang terjadi
adalah kekecewaan yang terus-menerus dan berkelanjuatan, maka butuhnya suatu
kepemimpinan yang nyata dan tulus demi mengejar suatu kejayaan Indonesia
ditahuan kemudian, jika selamanya para calon pemimpian kita hanya melakukan
kebohanagan maka adalah wajar kepunahan dan hawa nafsu menjadi malapetaka.
komersialisasi yang terjadi oleh beberapa kalangan lewat mediamasa memang
penting jika beber-benar diikuti oleh suatu kenyataan yang dirasakan oleh orang
banyak secara berkelanjutan, maka hal ini sangat diharapak untuk ditiru oleh
banyak kalanagn demi kebahagian rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar