Sebuah kepercayaan, kesannya semua orang bisa memiliki dan menemukannya, tapi serealita itukah? saya rasa tidak, sebuah kepercayaan tidak semudah kita mengenal orang, sebuah kepercayaan juga tidak dibangun dalam sehari bahkan sejam bertindak, tapi nilai sebuah kepercaayan yang sesungguhnya didapat dalam kurung waktu yang "mematikkan pun mejengkelkan".
Saya sebut demikian karena begitulah senyatanya, kita bisa "say hello" with other's people dengan santai dan kapan saja kita mau, tapi apakah kita langsung bisa mempercayainya?, tentu TIDAK, satu ilustrasi lagi, lalu apakah seorang kawan yang sudah kita kenal bulanan, bahkan tahunan, yang lebih "keren" belasan tahun kita bisa langsung mempercayainya?, jawaban atas hanya dua, IYA/TIDAK, dan penjelasanyapun sangatlah subyektif, dari bagaimana kita mengenal dan membahami jauh kawan tersebut.
Dan itulah yang saya rasakan beberapa bulan terakhir, lebih tepatnya "krisis kepercayaan".
Kalimat krisis disini saya artikan secara serampangan dan subyektif skali yang artinya kekurangan dan kehausan, entahlah...apa yang semestinya. tapi krisis bagi saya sendiri sudah pada titik "malas" dan bahasanya kerennya "ogah(menjauh)", pada kata berikutnya, yaitu kepercayaan. mudah saja bagi saya untuk percaya pada siapapun, tapi akhirnya krisis itulah yang saya tidak tau bagaimana kelanjutan sikap atas keadaan itu, bagai saya, untuk sekedar kawan saja saya dianggap oleh beberapa kawan sangat "pemilih",. apalagi jika krisis itu sudah saya label-kan pada seorang kawan, saya rasa semuanya semakin sulit.
Hal-hal yang bagi orang lain tidak sesaklek itu menilai bisa jadi bagi saya adalah penilaian dan hal terpenting, karena ketika saya berusaha bahkan dengan mudahnya jujur dan percaya pada seseorang, maka rasa-rasanya tak pantas saya nilai bagi diri saya sendiri ketika orang lain sudah tak mampu jujur lagi, maka yang timbul adalah "SAYA KRISIS KEPERCAAYAN", artinya saya tak mampu memahami bahkan mempercayai lagi.
Kesanya miris memang, bahkan bisa dikatakan egois dan pikiran sempit, entahlah....dan terserah....tapi bagiku yang terbiasa jujur dan hidup lama dengan akademisi jurusan hukum, membuat saya JUJUR adalah titik pangkal kehidupan, dan berdampak signifikan bagi kehidupanku secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar