10 April 2011

Demokrasi yang Kian Menipis


                            Demokrasi yang Kian Menipis

“Tahun ini adalah tahun politik,dan tahun depan adalah tahun pemilu”, itulah perkatan Presiden SBY pada saat menanggapi demonstrasi kenaikan BBM pada beberapa hari yang lalu di seluruh stasiun Televisi. mungkin hal ini dapat dibenarkan, melihat beberapa petinggi yang mulai menunjukan kemampuannya pada masyarakat terkait dengan pemilu yang akan berjalan pada tahun depan.
               Hal ini jelas dirasa mampu menarik perhataian masyarakat melihat keadaaan ekonomi Negara yang kian menurun ditambah lagi keadaan ekonomi adalah salah satu tujuan dan masalah pokok masyarakat, maka sangat wajar jika para calon pemimpin kita pada tahun mendatang lebih menekankan perhatiannya pada ekonomi. hal ini dapat dilihat dari berbagai iklan TV, pamflet ,radio, dan alat elektronik lainya.
               Pada dasaranya hal yang ditampilkan bukanlah suatu pelarangan namun dinilai salah, dengan alasan suatu” kebohangan publik “ yang mana segala hal yang dilakukan dirasa hanya semu, ketika para calon hanya menampilakan luarnya saja, dan belum dapat memperlihatakan kapabilitas yang semestinya.
               Kebebasan rakyat dinilai terpaksa karna hanya melihat dari apa yang dilakukan pada saat itu saja, padalah berbagai pertanyaan itu muncul seperti, Kenapa yang dilakaukan hanya pada saat menjelang pemilu saja?, Apakah sebelum dan nanatinya jika terpilih sang calon akan tetap melakaukan hal yang sama?, hal ini jelas tidak akan mungkin dapat dijawab selama yang dilakukan adalah hanya untuk menarik simpati rakyat pada saat terntu saja, dan yang menjadi perhatian adalah ketika yang membuat iklan distasiun tv hanylah orang yang berduit saja, lalu bagaimana dengan calon yang kebaikannya hanya dapat dinilai dan dilihat oleh sebagain orang dan daerah saja, jelas bukan hal ini yang diingainkan.                   Kini pemilihan kita meskipun langsung oleh rakyat yang dinamakan demokrasi, tapi pada substansinya demokrasi itu mulai dihargai dengan nilai yang salah, jika sang salon saja ditampilakan lewat media yang cukup menguras kantong,       maka para calon hanya terfokus untuk mencari perhatain dengan melakukan berbagai kegiatan demi mendapatkan sesuatu yang disebut”suara”, para pemimpin kita mungkin lupa atau sengaja melupakan bahwa demokrasi yang diingainkan adalah lewat hati yang menilai dengan ketulusan yang disesuaikan dengan kapabilitas yang semestinya.
   Jika hal ini terus dilakukan tanpa adanya suatu kesadaran,maka wajar jika yang terjadi adalah kekecewaan yang terus-menerus dan berkelanjuatan, maka butuhnya suatu kepemimpinan yang nyata dan tulus demi mengejar suatu kejayaan Indonesia ditahuan kemudian, jika selamanya para calon pemimpian kita hanya melakukan kebohanagan maka adalah wajar kepunahan dan hawa nafsu menjadi malapetaka. komersialisasi yang terjadi oleh beberapa kalangan lewat mediamasa memang penting jika beber-benar diikuti oleh suatu kenyataan yang dirasakan oleh orang banyak secara berkelanjutan, maka hal ini sangat diharapak untuk ditiru oleh banyak kalanagn demi kebahagian rakyat.